Minggu, 20 Mei 2012

Sejarah AK-47, Senapan Serbu Terpopuler di Dunia

DARI sebuah sekolah milik gerakan Thaliban di Afghanistan, terdengar lantunan hafalan kitab suci Al-Quran mendayu-dayu. Tiba-tiba saja, suara keras mullah, pengajar di sekolah itu, menghentikan lantunan ayat-ayat suci --firman Tuhan itu. Sang mullah menunjuk seorang anak. Tanpa diduga, dengan tenang, anak laki-laki yang ditunjuk sang mullah mengangkat sebuah senapan serbu AK-47. "Ini AK-47, senjata untuk membunuh mereka yang menentang Allah," katanya lantang.


Gambaran sekolah Thaliban itu muncul dalam film Kandahar, garapan sutradara terkemuka Iran, Mohsen Makhmalbaf, yang sempat diputar di beberapa bioskop Jakarta beberapa pekan lalu. Menurut sutradaranya, apa yang dihidupkannya kembali dalam film memang benar-benar berlangsung di sekolah-sekolah Thaliban. Sebelum menggarap filmnya, Makhmalbaf memang sempat menyusup ke wilayah-wilayah Afghanistan yang ketika itu masih dikuasai Thaliban.

Mohsen Makhmalbaf besar kemungkinan memang berkata apa adanya. Sebab, sudah jadi pengetahuan umum bahwa, sebagaimana di semua tempat bergolak lain di dunia, senapan serbu AK-47 pasti merupakan perkakas paling populer di Afghanistan. Sudah lama, hampir semua gerakan kaum pinggiran, atau gerakan perlawanan bersenjata, di muka bumi ini memilih AK-47 sebagai senjata wajib. Bagi sejarah dunia, Avtomat Kalashnikov (AK)-47 memang tak bisa tidak telah menjadi simbol revolusi.

Mulai dari pemberontak, gangster, hingga pejuang kemerdekaan, sangat akrab dengan senjata serbu ini. Lihat saja kelompok perlawanan dan pejuang kemerdekaan di Palestina, Angola, Vietnam, Aljazair, hingga Mujahiddin Afghanistan; mereka semua menggunakan AK-47 sebagai senjata perlawanan menghadapi para penindas. Reputasi AK-47 boleh dikata malah telah jauh melampaui tahapan mitos.

Mikhail Kalashnikov, perancangnya, pernah punya pengalaman menarik. "Ketika bertemu dengan menteri pertahanan Mozambik, ia menghadiahi saya sebuah bendera Mozambik. Saya kaget, gambar senjata Kalashnikov ternyata menjadi bagian tak terpisahkan dan tertera di bendera negeri itu," tutur Mikhail Kalashnikov. Keterkejutan Kalashnikov tak berhenti hingga di situ. Menteri Pertahanan Mozambik mengatakan kepadanya, ketika pejuang-pejuang kemerdekaan Mozambik pulang ke kampung halaman masing-masing, mereka ramai-ramai menamai anak-anaknya dengan nama "Kalash".

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk memberikan komentar pada artikel yang saya post disini walaupun anda cuma "blogwalking"
Terima kasih

Kembali ke atas